Akhir-akhir ini di banyak kota, baik kota kecil, besar bahkan kota metropolitan pun tak lepas dari semakin suburnya peminta-minta alias pengemis. Walau pun terkadang sering di razia keberadaan mereka sulit untuk diberantas, mungkin karena kemiskinan dan minimnya lapangan pekerjaan yang membuat mereka terpaksa berprofesi demikian atau memang sebagian dari mereka sudah diwariskan secara turun temurun. Ironis memang kalau Koes Plus bilang dalam lagunya Indonesia tanah air kita diibaratkan kolam susu (sangkin suburnya).
Tapi sayang oleh penguasa sendiri pun juga masih mewarisi
sifat-sifat yang diturunkan dari sebagian nenek moyang dahulu yang punya hobby
sebagai pengemis sehingga hutang negara kitapun semakin menggunung alhasil
anak-cucu yang menanggungnya.
Betulkah sebagian orang-orang Indonesia ada yang mempunyai hobby
sebagai pengemis..?? , ternyata teka-teki ini ada benarnya kalau dirunut dari
sejarahnya dulu, ceritanya begini :
Pada saat itu penguasa Kerajaan Surakarta Hadiningrat di pimpin oleh
seorang Raja bernama Paku Buwono X, dimana para penguasa pada masa itu memang
sangat dermawan serta gemar membagi-bagikan sedekah untuk kaum papa yang tak
berpunya terutama menjelang hari Jum’at khususnya pada hari Kamis sore.
Pada hari Kamis tersebut Raja Paku Buwono keluar dari Istananya
untuk melihat-lihat keadaan rakyatnya, dari istana menuju Masjid Agung, perjalanan
dari gerbang Istana menuju Masjid Agung tersebut ditempuh dengan berjalan kaki
yang tentunya melewati alun-alun lor (alun-alun utara), sambil berjalan kaki
tentunya diiringi para pengawal sang raja, rupanya di sepanjang jalan sudah
dielu-elukan oleh rakyatnya sambil berjejer rapi di kanan-kiri jalan dan
sembari menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan kepada sang pemimpinnya.
Pada saat itulah sang raja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk
bersedekah dan langsung diberikan kepada rakyatnya berupa uang tanpa ada
satupun yang terlewatkan dengan kebiasaan berbagi-bagi berkah tersebut mungkin
juga warisan para penguasa sebelumnya (sebelum Paku Buwono X), ternyata
kebiasaan tersebut berlangsung setiap hari Kamis (dalam bahasa jawanya Kemis),
maka lahirlah sebutan orang yang mengharapkan berkah dihari Kemis dan
diistilahkan dengan sebutan NGEMIS (kata ganti untuk sebutan pengguna/pengharap
berkah dihari Kemis) dan pelaku-pelakunyapun biasa disebut Pengemis (Pengharap
berkah pada hari Kemis).
Namun kata pengemis rupanya telah masuk salah satu kosa kata bahasa
Indonesia yang tentunya kata dasarnya bukan emis tapi Kemis (Kamis), ternyata
sebutan peminta-minta kalah populer dengan istilah pengemis padahal kata
pengemis kalau diurai dan diambil dari kata dasarnya yakni kemis atau emis
mungkin tidak dikenal dalam kosa kata bahasa indonesia kecuali kalau ada
tambahan awalan pe sehingga muncul istilah “Pengemis”. Lain halnya dengan kata
peminta-minta kata dasarnya adalah minta yang artinya jelas bahkan bisa berdiri
sendiri tanpa ada awalan pe.
Jadi kalau boleh disimpulkan asal muasal kata atau perkataan
pengemis berasal dari Surakarta atau Solo.
Makanya kalau request naik gaji jangan sekali – kali pada hari Kamis
, jika anda tidak ingin disebut PENGEMIS . . . . . . .
No comments:
Post a Comment